Analisis Masalah Perencanaan Kampanye Komunikasi
“It is impossible to change attitudes or behavior through
communication campaign without knowing what the starting point is” demikian
ungkap Gregory (2000). Titik tolak untuk membuat suatu perubahan lewat kampanye
adalah dengan membuat perencanaan. Langkah awal suatu perencanaan adalah
melakukan analisis masalah. Agar dapat diidentifikasi dengan jelas, maka
analisis masalah hendaknya dilakukan secara terstruktur. Pengumpulan informasi
yang berhubungan dengan permasalahan harus dilakukan secara objektif dan
tertulis serta memungkinkan untuk dilihat kembali setiap waktu. Hal ini dapat
menghindarkan terjadinya pemecahan masalah yang tidak tepat.
Ada dua jenis analisis yang digunakan
untuk perencanaan program kampanye yaitu analisis PEST (Political, Economic,
Social and Technology) yang secara khusus mempertimbangkan empat aspek
penting yang terkait langsung dengan proses pelaksanaan kampanye dan analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threats) yang lebih
memfokuskan diri pada kalkulasi penting pencapaian tujuan kampanye.
Analisis PEST membagi pembahasannya pada
empat area yang secara keseluruhan dapat mempengaruhi atau melatarbelakangi
kampanye, yaitu Politik (Political), Ekonomi (Economic), Sosial (Social)
dan Teknologi (Technological). Area politik mencakup berbagai peraturan
pemerintah yang berhubungan dengan program dan pesan kampanye, serta keadaan
kondisi politik atau pemerintahan. Area ekonomi meliputi kondisi nilai tukar
mata uang, inflasi, keadaan ekonomi dunia serta harga berbagai sumber daya.
Area sosial meliputi gaya hidup, tingkat pendidikan, pola hidup, perilaku
sosial dan perkembangan populasi. Area teknologi meliputi berbagai perubahan
teknologi yang berkaitan dengan program kampanye.
Analisis SWOT meliputi empat elemen yaitu Strengths
(kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (kesempatan),
dan Threats (tantangan). Strength dan opportunities dapat
dikelompokkan sebagai pertimbangan-pertimbangan positif yang mendukung
terlaksananya program kampanye, sedangkan weakness dan threats
dikelompokkan pada kondisi-kondisi negatif yang harus dihadapi kampanye.
Untuk melakukan analisis tersebut
diperlukan penelitian yang cermat dan terstruktur dengan baik. Penelitian dapat
dilakukan oleh pihak internal maupun pihak eksternal, atau akan lebih baik lagi
jika menggunakan keduanya. Jenis penelitian yang digunakan bisa bersifat
kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian kuantitatif digunakan untuk data-data
yang bisa dituangkan ke dalam bentuk angka-angka dan statistik, sementara
penelitian kualitatif digunakan untuk data-data yang tidak bisa dituangkan ke
dalam bentuk angka-angka seperti opini, reaksi dan sikap. Data-data yang diperlukan dapat diperoleh
dengan menggunakan berbagai teknik, diantaranya: angket, wawancara langsung,
wawancara melalui telepon, focus group discussing atau diskusi kelompok.
Perencana kampanye juga dapat memperoleh beberapa informasi dari media, karena
hampir semua media mempunyai data-data mengenai khalayaknya.
Penyusunan Tujuan
Salah satu hal yang biasa dilihat dalam
dunia kampanye adalah adanya janji-janji palsu kepada khalayak. Penyebab
bertebarannya janji-janji palsu atau janji yang terlalu berlebihan ini
bermacam-macam, salah satunya adalah ketidaktahuan atau ketidakpastian mengenai
kemana sebenarnya tujuan kampanye tersebut. Maka, hal yang wajib dilakukan
setelah analisis masalah adalah menyusun tujuan, yang akan menjawab pertanyaan
“apa yang ingin dicapai?”.
Tujuan harus disusun dan dituangkan dalam
bentuk tertulis dan bersifat realistis. Penyusunan tujuan yang realistis ini
merupakan hal yang wajib dilakukan dalam sebuah proses perencanaan kampanye
agar kampanye yang dilaksanakan mempunyai arah yang terfokus pada pencapaian
tujuan tersebut.
Ada beragam tujuan yang bisa dicapai
dengan menggunakan program kampanye. Tujuan tersebut diantaranya adalah
menyampaikan sebuah pemahaman baru, memperbaiki kesalahpahaman, menciptakan
kesadaran, mengembangkan pengetahuan tertentu, menghilangkan prasangka,
menganjurkan sebuah kepercayaan, mengkonfirmasi persepsi, serta mengajak
khalayak untuk melakukan tindakan tertentu.
Untuk mempermudah penyusunan sebuah tujuan
kampanye, perhatikan beberapa aturan berikut (Gregory:2000):
1.
Susunlah tujuan kampanye. Tujuan yang dibuat adalah tujuar kampanye yang akan
dilakukan, bukan tujuan organisasi: secara keseluruhan, atau dampak lanjutan
dari kampanye tersebut. Misalnya, jangan membuat tujuan kampanye " untuk meningkatkan
penjualan produk x tahun ini sebanyak 20 persen", karena penjualan
bergantung kepada kinerja bagian produksi dan bagian penjualan. Tetapi buatlah
tujuan “untuk meningkatkan pengetahuan khalayak dan para agen tentang produk x,
sehingga 6 bulan mendatang 50% khalayak di kota Bandung sudah mencoba
menggunakan produk tersebut”. Penjualan yang diharapkan meningkat 20% tersebut
adalah dampak dari tercapainya tujuan kampanye ini, tapi bukan tanggung jawab
kampanye. Perlu diperhatikan juga bahwa tujuan sebuah program kampanye harus
selalu selaras dengan tujuan organisasi atau tujuan bagian-bagian lain dalam
organisasi tersebut. Karenanya, jika perlu rencana organisasi: hendaknya
dituangkan juga ke dalam format penulisan rencana.
2.
Susun tujuan secara seksama dan spesifik. Tujuan jangan dibuat menggantung dan sangat terbuka,
tetapi di dalamnya harus terjawab secara jelas clan spesifik tentang apa yang
dikehendaki, kepada siapa, kapan dan bagaimana.
3.
Susun tujuan yang memungkinkan untuk dicapai. Jangan menyusun tujuan terlalu
muluk, hanya mengawang-awang dan akhirnya tak bisa tercapai. Pastikan bahwa
tujuan yang disusun memungkinkan untuk dievaluasi tingkat pencapaiannya.
4.
Kuantifikasi semaksimal mungkin. Semakin dapat dikuantifikasi sebuah tujuan, maka semakin
mudah evaluasi tingkat pencapaiannya. Tidak semua tujuan dapat dikuantifikasi
secara tepat, tapi sebagian besar dapat dikuantifikasi.
5.
Pertimbangkan anggaran. Penyusunan tujuan harus memperhatikan anggaran yang
tersedia untuk program kampanye tersebut.
6.
Susun tujuan berdasarkan skala prioritas. Buatlah tujuan kampanye berdasarkan prioritas, agar tim
kampanye dapat memfokuskan pekerjaan kepada satu tujuan yang terarah.
Tujuan kampanye dapat kita buat setinggi
mungkin, namun demikian ada beberapa batasan internal dan eksternal yang
harus diperhitungkan agar tujuan yang
dibuat kemungkinan besar tercapai. Batasan internal meliputi pertanyaan siapa
yang akan melaksanakna kampanye? Berapa biaya yang tersedia? Kapan tujuan tersebut
ingin dicapai? Siapa pembuat keputusan? Adakah sumberdaya yang mempermudah
pencapaian tujuan tersebut? Sementara itu batasan eksternalnya adalah: siapa
yang ingin diraih? Bagaimana perbedaan budaya yang mungkin ada? Adakah
infrastruktur yang mendukung? Serta analisis waktu secara keseluruhan.
Identifikasi
dan Segmentasi Sasaran
Identifikasi dan segmentasi sasaran
dilakukan untuk menjawab pertanyaan “who shall I talk to?” Hal ini perlu
dilakukan karena kampanye tidak bisa ditujukan kepada semua orang secara
serabutan. Tidak benar jika dikatakan “bicara pada semua orang” akan
meningkatkan hasil kampanye. Dengan melakukan identifikasi dan segmentasi
sasaran maka proses perencanaan selanjutnya akan lebih mudah, hingga akhirnya
akan melancarkan pelaksanaan kampanye. Sebagai contoh, dengan menetapkan
sasaran kampanye adalah orang-orang desa, maka proses perencanaan pesan juga
akan menjadi mudah karena secara terfokus kita akan membuat pesan yang sesuai
dengan karakteristik orang desa.
Identifikasi dan segmentasi sasaran
dapat dilihat sebagai sasaran tembak
Untuk mempermudah proses identifikasi dan
segmentasi sasaran perlu dilakukan pelapisan sasaran, yaitu sasaran utama,
sasaran lapis satu, sasaran lapis dua dan seterusnya sesuai tujuan kampanye.
Sasaran utama adalah sasaran yang akan "dibidik' sasaran paling potensial,
yang dalam istilah lain disebut sebagai ultimate targets. Selanjutnya,
ibarat sasaran tembak, tingkat potensial itu berkurang pada sasaran lapis satu
dan semakin berkurang pada lapisan berikutnya. Sasaran pada lapis berikutnya ini
dapat juga disebut sebagai intermediate targets.
Identikasi dan segmentasi sasaran
dilakukan dengan melihat karakteristik publik secara keseluruhan, kemudian
dipilih yang mana yang akan menjadi sasaran program kampanye. James Grunig
(Gregory: 2000) membagi publik kedalam tiga jenis:
1.
Latent public, yaitu kelompok yang menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan isu
kampanye, namun tidak menyadarinya
2.
Aware public, yaitu kelompok yang menyadari bahwa permasalahan tersebut ada
3.
Active public, yaitu kelompok yang mau bertindak sehubungan dengan permasalahan
tersebut.
Pemilihan publik mana yang akan
menjadi sasaran bergantung pada tujuan kampanye yang akan dilaksanakan. Arens
(1999) mengatakan bahwa identifikasi dan segmentasi sasaran kampanye
dilaksanakan dengan melakukan pemilahan atau segmentasi terhadap kondisi
geografis (geographic segmentation), kondisi demografis (demographic
segmentation), kondisi perilaku (behaviouristic segmentation),
dan kondisi psikografis (psycographic segmentation) Geographic segmentation
berkaitan dengan ukuran atau luas daerah, lokasi spesifik, jenis media
serta budaya komunikasi di daerah tempat tinggal sasaran. Demographic
segmentation dilakukan dengan melihat karakteristik jenis kelamin, usia,
suku, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan sasaran. Behavouristic
segmentation dilakukan dengan melihat status, gaya hidup, dan jenis
perilaku lainnya. Phsycographic segmentation dilakukan dengan melihat
emosi serta nilai budaya yang dianut oleh publik.
Menentukan Pesan
Perencanaan pesan adalah hal penting yang
harus dilakukan dalam perencanaan kampanye. Pesan kampanye merupakan sarana
yang akan membawa sasaran mengikuti apa yang diinginkan dari program kampanye,
yang pada akhirnya akan sampai pada pencapaian tujuan kampanye. Agar hasil yang
dicapai sesuai dengan yang diharapkan maka pesan harus disusun berdasarkan
tujuan yang telah ditetapkan.
Hubungan antara tujuan, isi pesan
dan hasil kampanye
Diadaptasi dari Simmons, 1990, “Communication
Campaign Management” hal 126
Pada tahap perencanaan pesan, yang pertama
dilakukan adalah pembuatan tema kampanye. Tema merupakan ide utama yang bersifat
umum, sebagai induk dari berbagai pesan yang akan disampaikan kepada sasaran.
Contoh tema adalah "menyelamatkan terumbu karang", "memerangi
narkoba dan minuman keras", "memasyarakatkan pola keluarga kecil
bahagia sejahtera", "mengunakan listrik secara hemat",
"membangun kebiasaan tertib berlalu lintas melalui penggunaan helm
pengaman", "memerangi perjudian", atau "menghemat air"
Setelah tema ditentukan, barulah dilakukan
pengelolaan pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat. Pesan merupakan
pernyataan spesifik dengan ruang lingkup tertentu, dan didalamnya terkandung
tema atau ide utama. Sebuah tema kampanye dapat diturunkan menjadi berbagai
variasi pesan yang disesuaikan dengan kondisi sasaran. Contoh pesan untuk tema
"memerangi perjudian" misalnya: "Judi itu penuh dengan
kecurangan karenanya tidak ada orang yang bisa kaya dari berjudi selain bandar
judi itu sendiri", dan "Judi membuat orang malas bekerja dan hanya
berharap pada sesuatu yang tidak pasti."
Ada empat tahap yang perlu dilakukan dalam
merencanakan pesan dan menurunkannya dari tema kampanye, yaitu:
1.
Mengambil persepsi yang berkembang di masyarakat berkenaan dengan isu atau
produk yang akan dikampanyekan.
2.
Mencari celah dimana kita bisa masuk dan mengubah persepsi.
3.
Melakukan identifikasi elemen-elemen persuasi. Kita bisa menggunakan jalur
utama maupun jalur alternatif
4.
Meyakinkan bahwa pesan sudah layak untuk disampaikan dalam program kampanye,
uji coba dapat dilakukan dengna menggunakan pemilihan sampel dari populasi yang
kita tuju.
Strategi dan Taktik
Strategi adalah pendekatan secara
keseluruhan yang akan diterapkan dalam kampanye, atau untuk lebih mudahnya
dapat disebut sebagai guiding principle, atau the big idea.
Guiding principle atau the big idea ini dapat diartikan sebagai
pendekatan yang diambil untuk menuju pada suatu kondisi tertentu dari posisi
saat ini, yang dibuat berdasarkan analisis masalah dan tujuan yang telah
ditetapkan. Strategi ini kemudian dituangkan secara lebih kongkret dalam bentuk
taktik. Untuk lebih mudah memahaminya, perhatikan contoh berikut:
|
Kasus 1
|
Kasus 2
|
Tujuan
|
Membawa partai untuk memenangkan pemilu dua periode
mendatang
|
Mengajak target pasar untuk beralih menggunakan produk
baru yang akan dikampanyekan
|
Strategi
|
Merekrut kader yang loyal dan tetap bertahan hingga pemilu
dua periode mendatang
|
Mengajak khalayak untuk mencoba produk yang kampanye
dengan menggunakan iklan lini bawah
|
Taktik
|
1.
Iklan lini bawah berupa stiker, kalender, kaos dll
2.
Persuasi personal dan direct selling
3.
Pendidikan politik
4.
Pembuatan kartu anggota partai
5.
Melibatkan simpatisan dan kader dalam berbagai kegiatan partai
6.
Selalu menyiarkan laporan transparan kepada publik mengenai kebijakan
dan keuangan
|
1.
Pamflet dan poster
2.
Membuka stand uji coba di mall dan supermarket
3.
Menyebarkan sampel atau tester
4.
Mengadakan event-event promosi di berbagai kota
|
Taktik sangat bergantung pada tujuan dan
sasaran yang akan dibidik program kampanye. Semakin kompleks tujuan dan sasaran
bidik maka taktik yang digunakan harus semakin kreatif dan variatif. Namun
demikian, pemilihan taktik bukanlah hal yang sangat rumit, karena pemilihan
taktik sebenarnya hanya didasarkan pada dua fungsi yaitu fungsi menghubungkan
dan fungsi meyakinkan. Pertama, taktik mengidentifikasi dan menghubungkan program
kampanye dengan sasaran melalui media komunikasi tertentu. Selanjutnya, taktik
meyakinkan sasaran melalui kekuatan pesan komunikasi hingga membuat sasaran
berpikir, percaya dan bertindak sesuai dengan tujuan program kampanye.
Supaya taktik yang dipilih dapat
menjalankan fungsi menghubungkan dan meyakinkan, maka harus dilihat tingkat
ketepatan dan daya penyampaiannya. Ketepatan taktik maksudnya adalah: sejauh
mana taktik dapat mencapai sasaran yang dituju? akankah dampaknya sesuai?
apakah taktik ini cukup kredibel untuk membawa pesan kampanye? akankah pesan
tersampaikan? apakah taktik ini sejalan dengan taktik-taktik lain yang juga
digunakan? Sementara daya penyampaian melihat kepada: dapatkah taktik ini
dilaksanakan dengan sukses? bisakah taktik ini dilaksanakan dengan anggaran dan
batas waktu yang tersedia? adakah orang yang mempunyai keahlian untuk
mengimplementasikan taktik tersebut?
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penetapan strategi dan taktik agar kampanye dapat berjalan efektif.
1.
Gunakan strategi sebagai pembimbing lahirnya ide-ide cerdas untuk taktik.
Taktik yang dituntun oleh strategi akan membuat kegiatan menjadi lebih
sistematis dan ringan, serta tidak melenceng dari tujuan kampanye. Strategi
dibuat berdasarkan kepada tujuan kampanye.
2.
Jauhi semua taktik yang ber sifat nonstrategis. Taktik yang banyak namun
tidak terfokus kepada strategi akan memecahkan konsentrasi tim kampanye.
Karenanya usahakan tintuk berfokus secara maksimal pada taktik yang sejalan
dengan strategi.
3.
Selalu hubungkan taktik pada strategi, dan strategi pada tujuan. Ketiga
hal ini merupakan rangkaian yang harus dijalin dengan erat. Tujuan memberikan
arah secara keseluruhan tentang hasil akhir yang ingin dicapai melalui
kampanye. Strategi merupakan kekuatan yang mendorong bagaimana menuju hasil
akhir tersebut, sementara itu taktik memetakan kegiatan dengan langkah-langkah
tertentu dalam rentang waktu yang tersedia.
4.
Ujilah taktik bila memungkinkan. Pengujian taktik ini merupakan hal yang
sangat disarankan untuk mengetahui kemungkinan tingkat keberhasilannya. Jika
hasil pengujian menunjukkan bahwa taktik yang digunakan ternyata kurang
efektif maka tidak ada salahnya mengubah taktik tersebut dengan taktik lain
yang lebih efektif. Lebih jauh, pengujian dan pengubahan taktik merupakan hal
yang wajib dilakukan sebelum tim kampanye memutuskan untuk mengubah strategi
kampanye. Salah satu cara sederhana untuk menguji taktik adalah dengan
menyebarkan angket kepada beberapa sasaran untuk dimintai pendapatnya
sehubungan dengan taktik yang akan digunakan.
Untuk memudahkan pengukuran atau pengujian
taktik, perencana kampanye perlu membuat performance indicators yaitu
pernyataan yang jelas dan tidak ambigu mengenai hasil yang diharapkan dari
penggunaan sebuah taktik. Di dalamnya tercantum kriteria yang tepat dan teliti
untuk mengukur hasil aktual, siapa yang diharapkan melakukannya, dan pada
kondisi apa hasil itu terjadi (Kaufman dalam Ferguson, 1999). Contoh performance
indicator ini adalah "25% sasaran yang diberikan sampel produk
pada kegiatan pembagian sampel di mall-mall langsung membeli produk saat
itu juga".
Alokasi Waktu Dan Sumber Daya
Kampanye selalu dilaksanakan dalam rentang
waktu tertentu. Adakalanya rentang waktu tersebut.berasal dari pihak luar,
misalnya rentang waktu kampanye untuk pemilu ditetapkan oleh pemerintah. Ada
pula rentang waktu yang ditetapkan sendiri, misalnya rentang waktu kampanye
pengenalan produk oleh lembaga maupun perencana kampanye.
Salah satu teknik yang dapat digunakan
untuk perencanaan waktu adalah dengan menggunakan Critical Path Analysis (CPA)
atau analisis jalur kritis. CPA menganalisis semua komponen pelaksanaan yang
terdapat dalam sebuah program secara mendetail. Selanjutnya komponen-komponen
tersebut diletakkan dalam titik waktu yang berada dalam satu garis lurus, mulai
dari hari dibuatnya analisis tersebut hingga hari pelaksanaan.
CPA sangat baik digunakan untuk
perencanaan waktu program kampanye satu per satu atau per kegiatan. Sedangkan
untuk program kampanye secara keseluruhan dapat digunakan perencanaan waktu
tahunan, atau perencanaan waktu per semester yang dituangkan ke dalam tabel
perencanaan waktu.
Contoh
analisis jalur kritis untuk kampanye melalui media cetak
Kampanye merupakan program yang melibatkan
banyak kegiatan, karenanya akan lebih baik jika CPA ini digabungkan dengan PERT
atau Program Evaluation and Review Technique. Selain membantu
perencanaan, PERT juga sangat berperan untuk mengefektifkan pendelegasian,
pengawasan serta evaluasi kegiatan kampanye. Untuk membuat perencanaan dengan
PERT, perencana kampanye terlebih dahulu harus melakukan penentuan tujuan dan
aktivitas serta mengidentifikasi sumber daya. Selanjutnya, kedua hal tersebut
dimasukkan ke dalam penjadwalan waktu.
Sebelum membuat dan menuangkan PERT ke
dalam bagan yang terstruktur, ada beberapa komponen dalam PERT yang harus
dipahami lebih dahulu (Simmons, 1999), yaitu:
1.
Tujuan,
adalah hasil akhir yang diinginkan dari sebuah kegiatan. Pada bagan, komponen
ini dipresentasikan dengan angka dalam sebuah lingkaran, misalnya:
2.
Aktivitas,
adalah tugas yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Aktivitas
disimbolkan dengan garis yang menghubungkan setiap lingkaran tujuan.
3.
Predecessor,
adalah tujuan yang harus dicapai terlebih dahulu agar kegiatan selanjutnya
dapat berjalan.
4.
Successor,
adalah aktivitas yang tidak akan dapat dilakukan sebelum tujuan sebelumnya
tercapai
5.
Concurrent objectives, adalah tujuan yang bisa tercapai bersamaan pada satu waktu
6.
Waktu,
adalah perkiraan standar waktu yang diperlukan untuk setiap unit kegiatan.
Waktu dituliskan dalam bentuk angka dalam sebuah tanda kurung pada garis
aktivitas.
7.
Begin,
adalah permulaan dimulainya semua aktivitas. Komponen ini ditulis dengan menggunakan
huruf kapital yang ditutup dengan sebuah persegi panjang, seperti berikut:
8.
End, adalah
penutup semua kegiatan kampanye. Peraturan penulisannya sama dengan penulisan begin.
Berikut adalah contoh sederhana dari
sebuah jaringan PERT. Tujuan-tujuan yang menjadi komponen jaringan PERT ini
adalah:
1.
Strategi tertulis dari kampanye di media cetak
2.
Naskah awal iklan cetak
3.
Pengumpulan foto-foto yang diperlukan
4.
Desain kasar yang sudah lengkap dengan foto dan naskah
5.
Kepastian media yang akan digunakan
6.
Desain sudah dikoreksi
7.
Desain sudah direvisi
8.
Film untuk cetak selesai dibuat
9.
Desain diterima media
Contoh
jaringan PERT
Keterangan:
·
8 dan 9 adalah successor 7, karena bila tujuan 7 belum tercapai
kedua aktivitas untuk menuju tujuan 8 dan 9 tidak akan dapat dilakukan.
Sebaliknya, 7 adalah predecessor bagi 8 dan 9
·
3 dan 5 merupakan concurrent objectives karena keduanya bisa
tercapai pada waktu yang bersamaan
Berkaitan dengan perencanaan waktu ini,
ada hal lain yang harus diidentifikasi dengan jelas dan pasti yaitu sumber daya
kampanye yang akan menyokong agar kampanye terlaksana dan selesai tepat pada
waktunya. Secara umum, sumber daya pendukung kampanye terbagi menjadi tiga,
yaitu sumber daya manusia, dana operasional, dan peralatan.
Sumber daya manusia yang digunakan jasanya
untuk mendukung program kampanye harus dihitung kemampuan dan usahanya.
Besarnya kemampuan dan usaha yang dikeluarkan SDM akan mempengaruhi kelancaran
pelaksanaan kampanye. Selain itu kemampuan dan usaha tersebut juga mempengaruhi
jumlah imbalan jasa yang harus dikeluarkan.
Sementara itu, pengalokasian dana
operasional hendaknya didasarkan pada efektivitas dan efisiensi. Efektivitas
dan efisiensi di sini bukan berarti mengeluarkan uang sekecil-kecilnya setiap
waktu. Tetapi mendapatkan sesuatu yang lebih dengan jumlah uang yang
dikeluarkan. Contoh efektivitas dan efisiensi ini terdapat pada alokasi dana
untuk pemilihan media, misalnya, kampanye dengan menggunakan media televisi
jelas jauh lebih mahal dibandingkan dengan majalah. Namun hasil analisis yang
dilakukan tim kampanye menunjukkan bahwa televisi dapat lebih banyak menjangkau
sasaran yang dituju dan sangat tepat untuk pesan yang akan disampaikan
dibandingkan dengan majalah. Dalam kasus ini terlihat bahwa majalah, meskipun
murah belum tentu efektif. Akhirnya pemilihan media berkaitan dengan alokasi
dana ini bergantung pada jenis pesan dan sasaran yang akan dibidik program
kampanye. Supaya lebih matang membuat pengalokasian dana, perhatikan dua
pertanyaan berikut: dapatkah hal yang diinginkan tercapai dengan mengeluarkan
uang yang sedikit? apakah dengan menambah sedikit alokasi dana dapat
meningkatkar pencapaian tujuan yang jauh lebih besar?
Evaluasi Dan Tinjauan
Evaluasi dan tinjauan yang akan dilakukan terhadap
program kampanye merupakan salah satu bagian dari perencanaan kampanye yang
tidak boleh terlupakan. Evaluasi berperan penting untuk mengetahui sejauh mana
pencapaian yang dihasilkan kampanye. Untuk kampanye yang berkelanjutan evaluasi
merupakan bagian yang terus berjalan seiring dengan kegiatan kampanye tersebut.
Karena hasil evaluasi terhadap program kampanya tersebut nantinya akan
digunakan sebagai tinjauan untuk program kampanye yang akan dilakukan
selanjutnya, maka evaluasi harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan
terstruktur.