Kamis, 17 Maret 2011

Jurnalistik - Veronica Guerin : Mujahid Berpena


Veronica Guerin: Mujahid Berpena

            Film berjudul “Veronica Guerin” yang diproduksi oleh Touchen Pictures  dan disutradai oleh Joel Schumarcer pada tahun 2003 adalah sebuah film yang diangkat berdasarkan kisah nyata perjuangan seorang jurnalis. Film yang berdurasi 98 menit ini  sungguh menginspirasi para penikmatnya baik dari insan pers maupun non-pers. Cerita dalam film tidak sekadar menghibur namun sarat pesan sosial dan politik. Dalam film ini tokoh utama Veronica Guerin diperankan oleh Cate Blanccett. Profesi Veronica Guerin sebagai wartawan yang mengisi kolom hukum, sosial, dan politik di  Sunday Independent     (surat kabar terkemuka di Republik Irlandia)  membawanya terlibat dalam persoalan-persoalan yang rumit dan berisiko. Pembawaan dari Veronica Guerin  yang berani, tomboy, dan pekerja keras tidak membuatnya gentar dalam mencari berita fakta. Namun, sikapnya dalam menulis artikel yang sangat berani itu membuat para penjahat geram. Akibatnya jiwa dan keluarga Veronica Guerin terancam.
            Kisah perjuangan Veronica Guerin dimulai pada tahun 1994 ketika itu perdagangan narkoba di Republik Irandia mencapai tingkat tertinggi. Setiap hari 15000 orang mengonsumsi heroin bahkan pasien termuda di klinik rehabilitasi mencapai usia 14 tahun. Hali itu membuat Veronica Guerin mencoba menyelidiki kasus narkoba tersebut. Penyelidikan itu membawanya dalam pusaran dunia penjahat. Ia berusaha membuktikan bahwa penjahat-penjahat tersebut juga terlibat dalam sindikat narkoba. Untuk membuktikannya Veronica Guerin mencoba mencari informasi dari Martin Cahill yang diduga sebagai gembong narkoba. Jejak kriminal Martin Cahill sulit untuk dideteksi, ia selalu memutus mata rantai informasi agar tidak sampai pada kepolisian dan pers. Buktinya ia membunuh Jamey yang ia anggap telah membocorkan nama Martin Cahill sebagai anggota sindikat narkoba. Martin Cahill juga mengetahui seluk beluk peredaran naroba baik di pihak Utara ( Irlandia Utara) maupun di Selatan ( Republik Irlandia).
            Karena sulitnya mencari informasi tentang Martin Cahill, Veronica Guerin meminta bantuan kepada John Traynor yang ia kenal sebagai pebisnis yang sukses. Namun, John Traynor malah menasihati Verronica agar menghentikan penyelidakannya terhadap Martin Cahill, Traynor juga mengatakan bahwa Martin Cahill tidak terlibat dalam sindikat naroba. Hal itu justru membuat Veronica Guerin penasaran dan meminta bantuan Chris rekannya untuk mengupas tuntas kasus narkoba tersebut.
            John Gilligan yang merupakan “induk” dari sindikat narkoba berencana untuk membunuh Martin Cahill karena Cahill dianggap akan mengancam eksistensi dan bisnis sindikat narkoba yang dimilikinya. Akhirnya Martin Cahill terbunuh. Untuk menutupi kasus pembunuhan tersebut John Traynor (anak buah dari Gilligan) memfitnah Gerry Hutch sebagai dalang pembunuhan Cahill. Veronica Guerin pada awalnya percaya dengan informasi Traynor, namun pada akhirnya ia curiga bahwa John Gilligan adalah otak di balik pembunuhan Cahill. Penyelidikan Veronica Guerin pun kemudian ditujukkan kepada John Gilligan baik untuk menyelidiki kasus pembunuhan maupun kasus sindikat narkoba. John Gilligan yang merasa tersudutkan berencana untuk membunuh Veronica Guerin. Pada malam Natal John Traynor memerintahkan Gerrry Hutch untuk menembak Veronica Guerin, tetapi tembakannya hanya melukai Veronica. Peristiwa itu semakin menguatkan dugaan bahwa Gilligan adalah gembong sindikat narkoba, hal itu dikuatkan dengan pernyataan Chris Milligan (rekan dari Veronica Guerin) bahwa John Gilligan memiliki kekeayaan yang sangat besar dari hasil penjualan narkoba.
            Sebagai jurnalis sejati penyelidikkan Veronica Guerin terhadap John Gilligan kembali dilakukan. Veronica yang telah mendapatkan alamat dari Gilligan akhirnya mendatangi rumahnya untuk mencari informasi tentang sumber dana dan kekayaan John Gilligan. John Gilligan yang merasa tersudutkan malah memukuli dan mengusir Veronica. Bahkan lewat pembicaraan telepon John Gilligan mengancam untuk membunuh Veronica dan menculik anaknya Cathal Turley, hal itu membuat Veronica trauma dan mersa tertekan. Namun, keberanian dan ketegaran Veronica membuatnya tidak gentar untuk membuktikan John Gilligan adalah gembong narkoba. Berkat skenarionya untuk menjebak dan menyadap pengakuan John Traynor tentang aktor di balik sindikat narkoba, akhinya Veronica dapat membuktikan bahwa John Gilligan dan John Traynor adalah gembong dari sindikat narkoba.
            John Gilligan dan John Traynor yang merasa terancam dengan penyelidikan dan pemberitaan dari Veronica Guerin kembali merencanakan untuk membunuh jurnalis tersebut. Kali ini rencana pembunuhan Veronica Guerin dibuat secara matang. Di Pengadilan Naas pada tanggal 26 Juni 1996 Veronica Guerin menjalani sidang atas dakwaan mengendarai mobil melebihi batas kecepatan. Setelah Veronica menjalani sidang ia kembali mengendarai mobil menuju jalan Naas. Disaat yang bersamaan Breehan Mihan dkk (anak buah dari John Gilligan) bergerak menuju jalan Naas dengan menggunakan sepeda motor. Tepat di sebuah lampu merah di jalan Naas Breehan Meehan menembak Veronica Guerin hingga tewas. Ia tewas dalam usia yang masih tergolong muda 37 tahun.
            Peristiwa kematian Veronica Guerin menimbulkan pergolakkan di Republik Irlandia. Parlemen Pemerintah Republik Irlandia bertindak cepat dengan mengubah Undang Undang Republik Irlandia untuk mengizinkan pembekuan aset para tersangka pengedar narkoba. Akhirnya CAB (Biro Aset Kriminal) terbentuk, lembaga itu berwenang memeriksa dan menyita kekayaan pengedar narkoba. Seluruh pengedar narkoba yang terlibat dalam kasus ini asetnya disita oleh CAB. John Giligan sebagai aktor utama   dalam kasus ini dihukum 20 tahun penjara. Di Republik Irlandia setiap minggu ribuan orang berdemo untuk kampanye anti narkoba yang  membuat pengedar narkoba tersingkir dan diikuti angka kriminal yang semakin menurun.
            Setelah kita dibawa dalam kejadian-kejadian menegangkan akhir cerita dalam film ini sungguh mengharukan dan dramatis. Kita dapat melihat perjuangan seorang jurnalis sejati. Ia begitu hebat dan berani ia berjuang untuk mendapatkan berita walaupun nilai berita tersebut harus dibayar dengan nyawa. Dalam hati mungkin kita berpikir bahwa pengorbanan kita untuk orang lain belum sebanding dengan pengorbanan Veronica Guerin untuk orang lain yang ingin mengetahui berita.
Keberanian dan pengorbanan Veronica Guerin telah menginspirasi insan pers. Wartawan seakan akan diberi “ruh” dari Veronica Guerin untuk mencari kebenaran dari sebuah berita. Kisah sejati dari Veronica Guerin telah mengubah mata dunia tentang hak-hak pencari berita dan kebebasan pers. Insan pers tidak lagi berada dalam “cekikan” untuk bersuara lebih lantang, berbicara fakta, ataupun berekspresi dalam artikel-artikel yang menyentil. Kekangan yang selama ini membelenggu para jurnalis perlahan-lahan mulai dibebaskan serta aturan-aturan tentang hak dan perlindungan pers ditegakkan. Para Narasumber lebih menghargai jurnalis. Di sisi jurnalis, kisah Veronica Guerin tidak membuat mereka takut akan risiko jurnalis, tidak membuat mereka sembunyi dari peristiwa yang semestinya diliput, justru menambah semangat mereka untuk mencari berita. Idealisme jurnalis yang sejati membuat pena-pena mereka tidak berhenti menulis. Sesulit apapun medan yang akan diliput mereka tetap tegar menghentakkan langkahnya untuk mencari berita. Karena jurnalis menyadari, betapa pentingnya nilai suatu berita jurnalis menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar.
Pengaruh kisah dari Veronica Guerin dalam dunia kewartawanan secara global membuat Committe to Protect Journalist (CPJ) atau Komite Perlindungan Wartawan didorong untuk menjamin keselamatan para jurnalis. Jurnails harus dijadikan pihak yang netral dan tidak dijadikan sasaran kriminal dalam peliputan berita.  Jurnalis harus diberikan kebebasan dalam meliput berita selama ha itu tidak melanggar kode etik jurnalis. Perlindungan terhadap wartawan dinilai sangat perlu karena dalam berbagai kasus saat para jurnalis menjalankan tugasnya sebagai pencari berita sering menjadi sasaran ancaman dan pembunuhan. Kebebasan pers untuk mencari berita tentang dunia kriminal dan berita-berita politik yang kotor sering berbuah kematian dan ancaman bagi para jurnalis. Bahkan dalam peperangan jurnalis sering menjadi “pelampiasan” dari kubu-kubu yang berperang. Sebenarnya apa yang dicari dengan menembak mati wartawan ? Sungguh ironis, kamera dan pena para jurnalis jelas tidak sebanding dengan senjata laras panjang yang dimiliki tentara perang. Para jurnalis berada di pihak yang lemah dalam situasi ini Sebenarnya dalam Konfrensi Jennewa telah ditulis secara jelas bahwa wartawan perang dilarang dijadikan sebagai sasaran kekerasan dalam peperangan.
Kekerasan dan pembunuhan terhadap jurnalis tidak hanya menimpa kaum laki-laki, seorang wartawan perempuan asal Afganistan yang bernama Zakia zaki dibunuh di rumahnya pada tahun 2007. Kejadian tersebut seakan mempertegas atas perlunya perlindungan terhadap jurnalis dan hak kebebasan berpendapat serta hak kemerdekaan pers. Jurnalis juga sering dijadikan senjata politik oleh sekelompok golongan. Di luar zona perang jurnalis pun sering dijadikan sebagai sasaran kekerasan. Negara Filipina mempunyai banyak kasus tentang kekerasan dan pembunuhan jurnalis.
Dalam dunia Jurnalisme di Indonesia ada sebuah contoh kasus akibat kurangnya perlindungan terhadap jurnalis. Jurnalis dari Metro TV yaitu Meutia Hafid dan Budiyanto disandera  oleh kelompok garis keras di Irak pada Februari 2005. Sebenarnya mereka ke Irak bukan untuk meliput tentang kelompok garis keras tersebut. Namun, hanya karena melintasi daerah kekuasaan kelompok garis keras tersebut mereka ditangkap dan disandera. Beruntung bagi mereka setelah berhari-hari berada dalam markas kelompok garis keras akhirnya mereka dibebaskan.
Peristiwa-peristiwa di atas mulai dari kasus Veronica Guerin sampai Meutia Hafid mencerminkan belum efektifnya perlindungan terhadap jurnalis. Tulisan “PERS” atau “TV” pada baju dan kendaraan mereka seakan hanya hiasan yang tak melindungi mereka dari ancaman yang bisa datang kapan saja. Para jurnalis tidak pernah mundur dari tanggung jawab-nya sebagai pencari berita. Mereka hanya meminta perlindungan yang menjamin keselamatannya. Sosok Veronica Guerin sebagai jurnalis yang sejati harus diimbangi dengan perlindungan yang baik. Kisah dari Veronica Guerin hendaknya dijadikan renungan bagi kita akan perjuangan seorang pencari berita. Tidak dapat dibayangkan jika tidak ada para jurnalis maka kita tidak akan tahu informasi yang teradi secara luas di dunia ini. Dedikasi mereka harus kita hargai dan lindungi. Terima kasih untuk para mujahid berpena.    

Komunikasi Kelompok- Kelompok Perspektif Rapat


KELOMPOK PRESKRIPTIF RAPAT
A.        PENGERTIAN
           
            Rapat (conference atau meeting) merupakan alat/media komunikasi kelompok yang bersifat tatap muka dan sangat penting, diselenggarakan oleh banyak organisasi, baik swasta maupun pemerintah untuk  mendapatkan mufakat melalui musyawarah  untuk pengambilan keputusan.                                               Jadi rapat merupakan bentuk komunikasi kelompok yang dihadiri oleh beberapa orang untuk membicarakan dan memecahkan permasalahan tertentu, dimana melalui rapat berbagai permasalahan dapat dipecahkan dan berbagai kebijaksanaan organisasi dapat dirumuskan.
            Dalam suatu perusahaan ataupun organisasi tidak dapat dihindari pasti selalu terjadi konflik internal maupun eksternal. Salah satu komunikasi yang efektif antar kelompok atau individu didalam perusahaan adalah dengan rapat.
Berikut di sajikan beberapa pengertian mengenai rapat menurut beberapa ahli:
1.      Menurut Nunung dan ratu Evi (2001:129) rapat merupakan suatu alat komunikasi antara pimpinan kantor dengan stafnya.

2.       Wursanto (1987:136) memberikan beberapa pendangan pengertian yang kemudian bisa disimpulkan oleh penulis:

·         Rapat, merupakan suatu bentuk media komunikasi kelompok yang bersifat tataop muka yang sering diselenggarakan oleh banyak organisasi, baik swasta maupun pemerintah
·         Rapat, merupakan alat untuk mendapatkan mufakat, melalui musyawarah kelompok.
·         Rapat juga merupakan media pengambilan keputusan secara musyawarahn untuk mufakat.
·         Juga dapat dikatakan, bahwa rapat, adalah komunikasi kelompok secara resmi.
·         Rapat, adalah pertemuan antara para anggota di lingkungan kantor/organisasi sendiri untuk membicarakan, merundingkan suatu masalahyang menyangkut kepentingan bersama.
·         Secara singkat dapat dikatakan pula, bahwa rapat, adalah pertemuan para anggota organisasi/para pegawai untuk membahas hal-halyang berhubungan dengan kepentingan organisasi.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa rapat, adalah pertemuan para anggota organisasi/ perusahaan [para staf pegawai] untuk membahas hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan organisasi/ kantor/perusahaan. Seorang pemimpin tidak akan begitu saja mengadakan rapat. Pemimpin perlu mengadakan rapat apabila :

1.      Pemimpin memerlukan sumbangan pemikiran atau pendapat dari para stafnya atau para pembantunya, karena pemimpin tidak mau mengambil keputusan secara sepihak.
2.      Materi yang akan dibicarakan dibicarakan bersifat rahasia, sehingga pemimpin berpendapat bahwa materi itu tidak tepat apabila melalui saluran administrasi pada umumnya.
3.      Masalah yang merupakan subject matter tidak dapat dipecahkan melalui saluran administrasi, karena masalah itu harus segera dipecahkan.
4.      Pemimpin bermaksud memberikan kesempatan kepada para bawahan untuk memberikan
saran-saran, pendapat secara langsung kepada pemimpin terhadap suatu masalah yang
berhubungan dengan kepentingan bersama.
5.      Ada masalah yang jelas dan harus mendapat penyelesaian melalui rapat.
6.      Telah diputuskan oleh pimpinan agar diselenggarakan rapat atau telah tiba saatnya untuk diselenggarakan rapat secara berkala [Wursanto 1990 : 137]

Walaupun rapat merupakan aktivitas yang sangat penting, namun sering kita temukan beberapa permasalahan dalam rapat, dimana kita sering mendengar adanya keluhan dari pengawai,”Apa sih, gunanya rapat?”. Artinya adanya keterpaksaan anggota organisasi untuk mengikuti rapat karena rapat dianggap tidak perlu, membuang-buang waktu. Hal ini terjadi karena pengelolaan rapat yang kurang tepat antara lain:
  1. Para anggota organisasi terlalu sering diminta mengikuti rapat tanpa dipertimbangkan, siapa yang sebenarnya dan seharusnya terlibat dalam rapat.
  2. Rapat hanya dijadikan alat  pembenaran ide atau kehendak pimpinan.
  3. Hasil rapat tidak pernah ditindak-lanjuti atau hanya berhenti pada tataran ide saja, tanpa pernah diusahakan untuk direalisasikan.
B. MACAM-MACAM RAPAT
Rapat dapat dibedakan menjadi beberapa macam, tergantung pada segi peninjauannya.

1.      Menurut tujuannya, rapat dapat dibedakan menjadi :
·         Rapat penjelasan, ialah rapat yang bertujuan untuk memberikan penjelasan kepada para anggota, tentang kebijakan yang diambil oleh pimpinan organisasi, tentang prosedur kerja atau tata-cara kerja baru, untuk mendapat keseragaman kerja.
·         Rapat pemecahan masalah bertujuan untuk mencari pemecahan tentang suatu masalah yang sedang dihadapi. Suatu masalah dikatakan sebagai problem solving apabila masalah itu pemecahannya berhubungan dengan masalah-masalah lain, saling mengait. Masalah itu demikian sulitnya, demikian ruwetnya karena keputusan yang akan diambil akan mempunyai pengaruh atau akibat terhadap masalah yang lain.
·         Rapat perundingan, yaitu rapat yang bertujuan menghindari timbulnya suatu perselisihan, mencari jalan tengah agar tidak saling merugikan kedua belah pihak.

2.      Menurut sifatnya rapat dibedakan menjadi :
·         Rapat Formal, yaitu rapat yang diadakan dengan suatu perencanaan terlebih dahulu, menurut ketentuan yang berlaku, dan pesertanya secara resmi mendapat undangan.
·         Rapat Informal, yaitu rapat yang diadakan tidak berdasarkan suatu perencanaan formal, dan dapat terjadi setiap saat, kapan saja, dimana saja, dengan siapa saja. Rapat informal dapat juga terjadi secara kebetulan, dimana para pesertanya bertemu secara kebetulan, dan kemudian membicarakan suatu masalah yang mempunyai kepentingan bersama.
·          Rapat Terbuka, yaitu rapat yang dapat dihadiri oleh setiap anggota. Materi yang dibahas bukan masalah yang bersifat rahasia.
·         Rapat Tertutup, yaitu rapat yang hanya dihadiri oleh peserta tertentu, dan biasanya yang dibahas menyangkut masalah-masalah yang masih bersifat rahasia.

3.      Menurut jangka waktunya, rapat dapat dibedakan menjadi :
·         Rapat mingguan, yaitu rapat yang diadakan sekali seminggu. Membahas masalah-masalah yang bersifat rutin yang dihadapi oleh masing-masing manajer.
·         Rapat bulanan, rapat yang diadakan sebulan sekali, setiap akhir bulan, untuk membahas hal-hal atau peristiwa yang terjadi pada bulan yang lalu. Misalnya, membahas rugi laba bulan yang lalu.
·         Rapat semesteran, yaitu rapat yang diadakan sekali setiap semester [enam bulan], yang bertujuan untuk mengadakan evaluasi hasil kerja sama enam bulan yang lalu, dan mengambil langkah-langkah selanjutnya, jangka waktu enam bulan berikutnya.
·         Rapat tahunan, yaitu rapat yang diadakan sekali setahun misalnya, rapat Dewan Komisaris, rapat umum pemegang saham.

4.      Menurut frekuensinya, dapat dibedakan menjadi :
·         Rapat rutin, rapat yang sudah ditentukan waktunya [mingguan, bulanan, tahunan]
·         Rapat insidental, yaitu rapat yang tidak berdasarkan jadwal, tergantung pada masalah yang dihadapi. Biasanya rapat diadakan apabila masalah yang dihadapi itu merupakan masalah yang sangat urgen, yang harus segera dipecahkan.

Selain kita mengenal berbagai macam rapat seperti yang telah diutarakan di atas, kita masih mengenal satu jenis rapat yaitu yang dinamakan rapat kerja. Istilah-istilah lain yang mempunyai pengertian yang sama, ialah rapat dinas, musyawarh kerja.

Rapat kerja ialah pertemuan para karyawan/ pemimpin yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas suatu instansi. Suatu rapat atau pertemuan dapat disebut sebagai rapat kerja apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1.   Adanya tujuan pertemuan itu,
2.   Adanya pimpinan dan kelompok peserta dalam pertemuan atau rapat itu.
3.   Adanya tukar menukar pendapat di antara para peserta rapat,
4.   Tidak ada pidato-pidato

Terlepas dari istilah yang dipergunakan, apakah itu dinamakan rapat kerja atau rapat dinas atau istilah lain, suatu pertemuan dikatakan rapat apabila :

1.      Dalam pertemuan itu dibicarakan suatu masalah yang berhubungan dengan tujuan organisasi, dan   harus dipecahkan secara musyawarah.
2.      Setiap peserta harus berpartisipasi aktif
3.      Pembicaraan harus bersifat terbuka, tidak ada prasangka atau praduga yang bersifat negative diantara para peserta.
4.      Adanya unsur pemimpin dalam suatu pertemuan, yang memberikan pengarahan, bimbingan terhadap jalannya pertemuan.




C. SYARAT-SYARAT RAPAT YANG BAIK

Rapat merupakan media komunikasi kelompok, yang pada prinsipnya untuk mendapatkan saling pengertian. Dari pihak pemimpin, rapat bertujuan memberikan kesempatan kepada bawahan untuk menyampaikan pendapat, saran, ide-ide langsung kepada pemimpin. Dari pihak bawahan, rapat merupakan kesempatan baik untuk bertatap muka dengan pimpinan sekaligus dengan para staf lainnya. Agar tujuan rapat sesuai dengan yang diharapkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rapat. Rapat dikatakan baik apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1.      Dipimpin oleh seorang pimpinan yang baik
Pimpinan yang baik adalah : seorang yang aktif, berwawasan luas, cakap, dapat memberikan bimbingan dan pengarahan pada saat rapat berlangsung. Dapat berbicara dengan jelas, bersikap tegas, tidak mendominasi pembicaraan, tidak otoriter, memberikan kesempatan yang sama pada setiap anggota untuk memberikan suaranya. Check list berikut dapat membantu seorang pimpinan rapat/ pertemuan :
·         Menjelaskan sasaran dan tujuan?
·         Menetapkan prioritas
·         Mendorong proses pembuatan keputusan
·         Mengarahkan orang-orang pada kemampuan terbaik mereka => berkomunikasi dengan baik dg peserta, melempar
·         pertanyaan-pertanyaan, mendorong peserta membuat asumsi, mendengar, menjelaskan persoalan, memotivasi
·         pertemuan untuk mencapai tujuan utama rapat/ pertemuan, menangkap agenda-agenda pribadi yang tersembunyi dari para peserta, dan mengendalikannya
·         Merangsang hal-hal terbaik dari peserta
·         Mengatur waktu dengan baik
·         Menyimpulkan dengan dibantu oleh seorang Notulis




2.      Suasana rapat terbuka
Artinya tidak ada hal-hal yang disembunyikan. Tiap anggota rapat berbicara secara terbuka, obyektif sehingga tidak menimbulkan prasangka yang negatif terhadap peserta rapat yang lain.

3.      Tiap peserta rapat berpartisipasi aktif dan hindari terjadinya monopoli pembicaraan

4.      Selalu mendapat bimbingan dan pengawasan
Pimpinan rapat berfungsi sebagai pemberi bimbingan, pengarahan, kemudahan terhadap para peserta rapat. Pemimpin harus mampu mengadakan pengawasan terhadap jalannya rapat, pengawasan terhadap para peserta rapat, baik secara kelompok, maupun secara individu, agar pembicaraan tidak menyimpang dari tujuan rapat.

5.      Hindari perdebatan
Suatu rapat tidak efektif apabila terjadi debat yang berkepanjangan tanpa arah, sehingga menghabiskan waktu dan tujuan rapat tidak tercapai.

6.      Pertanyaan singkat dan jelas

D. TATA TERTIB RAPAT

            Agar rapat bisa mencapai maksud dan tujuannya, hendaknya rapat harus dikelola dengan baik dan harus mengetahui tata tertib rapat yang memenuhi kriteria sbb:
  1. Tepat waktu dalam memulai rapat.
  2. Agenda rapat dirumuskan atau disusun dengan baik sehingga peserta rapat dapat mengetahui susunan acara rapat.
  3. Setiap peserta saling menghargai pendapat yang dikemukakan peserta lain.
  4. Adanya partisipasi dari peserta rapat.
  5. Bersifat terbuka, artinya bersedia menerima kritik dan saran dari peserta lain tanpa emosi. Dengan tidak melihat siapa yang berbicara, tapi setiap peserta mau mendengar pendapat orang lain.
  6. Tidak ada peserta yang terlalu dominan selama pertemuan.
  7. Perdebatan bisa terjadi tanpa harus menjatuhkan peserta lain atau emosi, namun saling melemparkan argumen yang kuat tanpa menindas yang lainnya.
  8. Setiap argumen atau pertanyaan yang diajukan disampaikan secara singkat, jelas dan lugas.
  9. Pemimpin rapat dapat membimbing acara sampai pada akhir rapat walaupun terjadi perdebatan atau pro-kontra pendapat. Jadi pemimpin rapat harus dapat mengendalikan rapat sehingga masalah dapat dipecahkan untuk mengambil kesimpulan.
  10. Selalu ada kesimpulan yang diambil berdasarkan argumen-argumen yang disetujui bersama.
Agar rapat dapat berhasil dengan baik, terlebih dahulu harus dibuat susunan acara rapat  yang merupakan urut-urutan jalannya rapat, mulai dari pembukaan rapat sampai dengan rapat
ditutup yaitu :
  1. Pembukaan
  2. Pembacaan susunan acara rapat
  3. Pembahasan materi rapat
  4. Lain-lain
  5. Penutup
Susunan acara rapat dibacakan dan sebelum rapat dimulai dibagikan kepada seluruh peserta rapat, sehingga peserta rapat dapat mengetahui agenda rapat dan susunan acara rapat sehingga rapat dapat berjalan dengan tertib. Jadi tata tertib rapat merupakan suatu aturan rapat yang biasanya dibacakan atau dibagikan kepada peserta rapat sebelum rapat dimulai dengan tujuan agar rapat dapat berlangsung dengan tertib dan tidak membuang-buang waktu secara percuma, sehingga tidak akan mendengar lagi keluhan pegawai, ”Apa sih, gunanya rapat?”.



E. TEKNIK PENYELENGGARAAN RAPAT

Setelah peserta rapat berkumpul, maka rapat dibuka oleh pembawa acara rapat ( MC ) dengan ucapan terima kasih atas kehadiran peserta rapat dan sekaligus membacakan susunan acara rapat dan tata tertib selama rapat berlangsung. Setelah itu pembawa acara menyerahkan rapat pada pimpinan rapat.
            Menjadi pimpinan rapat tidak semudah yang dibayangkan, dimana pimpinan harus mampu mendorong dan menciptakan partisipasi aktif anggota, bertanggung jawab atas rapat yang diadakan dan pimpinan tidak boleh mendominasi pembicaraan dalam rapat demi tercapainya tujuan rapat          .                                   Pemimpin rapat harus bisa menciptakan rasa aman, suasana persaudaraan, saling membuka diri dan tidak ada kesan sikap otoriter, mempunyai keterampilan berkomunikasi untuk mendukung peserta yang pasif, dan mendorong kelompok untuk mengambil keputusan bersama. Pimpinan rapat yang baik adalah pimpinan yang dapat memberikan keleluasaan peserta untuk Berbicara spontan, dengan suasana yang santai membuat peserta tidak ragu- ragu untuk mengeluarkan pendapatnya. Menemukan gagasan yang cemerlang. Menyampaikan opini yang tidak sejalan dengan pimpinan karena meraka merasa pimpinan tidak mengekang pendapatnya bahkan memberi kebebasan dalam beragumen. Mencapai keputusan bersama tanpa selalu meminta pemimpin sebagai penentu akhir.
F. PENGENDALIAN RAPAT
1. Pengendalian rapat secara bebas terbatas ( Over Head )
            Adalah pengendalian rapat dengan cara membiarkan para peserta berbicara secara bergantian, mengadu argumentasi dan berlangsung tanpa pimpinan rapat. Pimpinan rapat hanya memperhatikan untuk mengambil inti pembicaraan dan setelah dipandang cukup pimpinan segera mengambil kesimpulan untuk dijadikan keputusan.
2. Pengendalian rapat secara ketat ( Closed Controlled )
Peserta hanya boleh berbicara, bertanya atau menjawab dengan seizin pimpinan rapat  dan bila perlu waktu dibatasi.
3. Pengendalian rapat secara kombinasi ( 1 dan 2 )
Cara pengendalian rapat secara bebas terbatas dan secara ketat, digunakan secara bergantian disesuaikan dengan situasi jalannya rapat.

G. TIPE PEMIMPIN RAPAT

1. Tipe Otoriter
·         Pimpinan menganggap dirinya sebagai orang yang paling berkuasa, paling mengetahui
·         Pimpinan menentukan segala kegiatan kelompok secara otoriter
·         Pimpinan yang menentukan, apakah yang akan dilakukan oleh kelompok
·         Para peserta rapat tidak diberi kesempatan untuk memberikan pandangan atau pendapat atau saran-saran
·         Pemimpin tidak terlibat dalam interaksi kelompok peserta
·         Pemimpin hanya memberikan instruksi-instruksi mengenai apa yang harus dikerjakan.

Sifat kepemimpinan yang demikian mengakibatkan rapat/ pertemuan tidak hidup, statis, hanya menunggu perintah dari atas.
2. Tipe Laissez-faire
·         Disebut juga tipe liberal
·         Pemimpin memberikan cukup kebebasan kepada para peserta untuk mengambil langkah-langkah sendiri dalam menghadapi sesuatu.
·         Pemimpin menyerahkan segala sesuatunya kepada para peserta [penentuan tujuan, langkah-langkah, kegiatan-kegiatan yang akan diambil, serta sarana atau alat yang akan dipergunakan.
·         Pemimpin bersifat pasif, tidak ikut terlibat langsung dalam kegiatan kelompok, tidak mengambil inisiatif apapun
·         Pemimpin seolah-olah hanya bertindak sebagai penonton saja, meskipun ia berada di tengah-tengah para peserta.

3. Tipe Demokratis
·         Sifatnya terbuka ; memberikan kesempatan kepada para anggota untuk ikut berperan aktif, ikut menentukan tujuan kelompok, berperan sebagai pembimbing.
·         Memberi pengarahan, memberi petunjuk, memberi bantuan kepada para peserta, terlibat langsung dalam interaksi rapat, ikut serta dalam kegiatan kelompok
·         Keputusan yang diambil berdasarkan hasil musyawarah

Tipe kepemimpinan demokratis sering dibedakan dengan dengan tipe open management.
Perbedaannya terletak pada pengambilan keputusan. [Wursanto 2000 : 142 – 143]

H. TEKNIK MENGAJUKAN PENDAPAT

            Seorang pimpinan rapat hendaknya dapat mengendalikan rapat dan pandai mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta rapat. Dalam hal ini pimpinan harus menguasai teknik bertanya.
Teknik bertanya akan berhasil bila pertanyaan dari peserta rapat mempunyai nilai tambah dan berisi ide-ide yang berguna.
Pada dasarnya ada 4 teknik bertanya  :
a.  Pertanyaan langsung ( direct question )
Yaitu pertanyaan yang ditujukan langsung pada seorang peserta rapat. Pertanyaan ini dapat diajukan bila pimpinan mengetahui bahwa orang yang ditunjuk dapat menjawab pertanyaan tersebut.
b. Pertanyaan tidak langsung ( overhead question )
Yaitu pertanyaan yang ditujukan kepada semua peserta, dimana pimpinan menebar pandangannya ke segala penjuru.
c. Pertanyaan mengembalikan ( reverse question )
Pertanyaan yang diajukan kepada seorang peserta yang mengajukan pertanyaan tersebut.
d. Pertanyaan  dilemparkan ( Relay question )
Pertanyaan yang diajukan kepada seseorang atau sekelompok orang dimana pimpinan mengharapkan jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya.
Tujuan dari pelemparan kembali pertanyaan adalah :
  1. Untuk merangsang diskusi dalam rapat.
  2. Membahas masalah secara lebih terperinci dan terbuka.
Menuju ke arah kesepakatan bersama
I. CONTOH RAPAT
  1. Ride with smile
    Hasil Rapat Hari Rabu 28 Mei 2008

    Pada rapat hari Rabu tanggal 28 Mei 2008 bertempat di Boulevard UGM dan dilanjutkan di Sekretariat B2W, telah disepakati hal-hal sebagai berikut:

    1.  Tag B2W
    Akan dibuat tag B2W sebanyak 50 lembar untuk permulaan. Bahan tag terbuat dari mika (lentur, tidak keras seperti bahan tag B2W yang acrylic). Bentuk kotak, sedangkan desainnya telah disepakati menggunakan gabungan desain dari mas Indy dengan desain yang lain. Mengenai desain ini sedang digodog dan dirancang lebih lanjut oleh divisi Merchandise.

    2.  Konvoi simpatik kampanye bersepeda
    Pada rapat kemarin juga telah disepakati akan diadakan konvoi simpatik kampanye bersepeda. Oleh karena itu diharapkan kepada B2W-ers untuk mengikuti acara tersebut, dan berkumpul pada hari Sabtu 7 Juni 2008 di Boulevard UGM (utara Bundaran UGM) jam 15.30. Konvoi akan dimulai pukul 16.00 sampai dengan pukul 17.30, dengan dress code memakai kaos putih (diusahakan memakai kaos B2W). Mengenai rute, akan dibahas kemudian.

    3.  Pembuatan kaos B2W
    Rapat kemarin telah membahas akan dibuatnya kaos B2W, dengan warna kain putih. Desain sementara, pada bagian depan terdapat logo B2W ukuran besar, sedangkan bagian belakang terdapat alamat website B2W. Harga berkisar antara Rp. 35.000 - Rp. 40.000. Bagi teman-teman yang berminat memesan dapat menghubungi mbak Moko (HP: 085234459712), dengan DP Rp. 5.000. Dengan ini pula diharapkan kepada teman-teman yang ingin memesan kaos B2W untuk datang ke Workshop di Pajeksan pada hari Jumat 30 Mei 2008 mulai pukul 16.00 sampai 20.00 WIB untuk memilih ukuran kaos yang dikehendaki (pada hari jumat besok mas Arif akan membawakan contoh-contoh ukuran kaos).

    Selain hasil rapat di atas, terdapat informasi tambahan, yaitu B2W mendapatkan donasi dari sponsor untuk membuat flyer sebanyak 1500 lembar.

    Demikian hasil rapat ini dibuat. Semoga dapat bermanfaat.
2. Hasil Rapat Penelitian "Potret Sinetron Remaja" 2
KESIMPULAN RAPAT
PENELITIAN "POTRET SINETRON REMAJA 2"
UIN Yogyakarta, Rabu 28 Januari 2009

Hari/tanggal: RABU / 28 Januari 2009; pk. 09.30 - 11.50 WIB
Tempat      : Ruang INTERAKTIF, Lt. 2 Fakultas Ilmu Sosial & Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Hadir      : 25 orang dari 15 Perguruan Tinggi
Pimpinan rapat: B. Guntarto/YPMA; Notulis: Putri Aisyiyah / STIKOSA-AWS Surabaya
Agenda Rapat:            1. Pembukaan dan perkenalan
                                    2. Inventarisasi masalah dan kendala 
                                    3. Rencana pelaksanaan seminar
                                    4. Rencana tindak lanjut
                                    5. Lain-lain dan penutup.
 
Hasil rapat:

1. Pertemuan dibuka oleh Ibu Marfuah Sri Sanityastuti, Ketua Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai tuan rumah. Ibu Marfuah mengucapkan selamat datang kepada peserta rapat dan menyampaikan ungkapan terima kasih atas kepada YPMA untuk kerjasama kegiatan penelitian dan pelaksanaan rapat ini. Selanjutnya rapat dipimpin oleh Pak Guntarto dari YPMA, yang diawali dengan perkenalan masing-masing peserta rapat. Setelah itu, dipaparkan secara singkat tentang Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA).
2. Masalah dan kendala yang dihadapi oleh tim peneliti di berbagai perguruan tinggi, bisa dibagi dalam beberapa kelompok:
a. Tentang sumber daya manusia yang tersedia, baik dosen maupun mahasiswa yang dilibatkan dalam kegiatan penelitian ini. Ada perguruan tinggi yang mengerjakan seluruh proses penelitiannya dilakukan oleh dosen. Ada yang melibatkan mahasiswa hinga di tahap transkrip, namun ada juga yang melibatkan mahasiswa hingga tahap koding.
b. Mengenai pembuatan transkrip tiap episode sinetron, pada umumnya tidak mengalami kendala besar. Namun untuk mengurangi perbedaan persepsi mengenai pembabakan, YPMA akan mengirimkan video episode yang sama dengan contoh transkrip yang sudah lebih dulu dikirimkan.
c. Yang berkaitan dengan koding. Muncul pertanyaan: apakah akan menghitung begitu saja setiap adegan kekerasan fisik maupun verbal yang muncul, atau dikaitkan dengan situasinya? Dididskusikan juga mengenai jumlah pelaku kekerasan dan identitas pelakunya. Juga untuk adegan yang terkait dengan seks, seperti mencium dari belakang dsb. Untuk itu koordinator peneliti Santi Indra Astuti dari UNISBA akan membuat penjelasan tertulis yang komprehensif sehingga akan mengurangi keraguan peneliti. Mbak Santi juga akan membuat rumusan panduan tabulasi data.
d. Masalah triangulasi atau Intercoder-reliability. Hal ini sudah dilkaukan di tawap awal ketika penyusunan instrumen koding.
e. Alokasi waktu yang sulit karena berbenturan dengan berbagai kegiatan kampus
f. Ada beberapa keping DVD yang rusak / tidak bisa dibaca. YPMA meminta agar hal ini diinformasikan agar bisa diganti, atau setidaknya teridentifikasi mana yang tidak dianalisa.
Sebagai solusi umum terhadap masalah dan kendala di atas, maka disepakati bahwa deadline penyelesaian penelitian oleh masing-masing perguruan tinggi diundur 1 bulan menjadi Sabtu 28 Februari 2009.
3. Mengenai pelaksanaan seminar hasil penelitian, dari peserta rapat ada usulan agar seminar tidak diadakan di Jakarta tapi di daerah. Ada 3 wilayah perguruan tinggi:
a. Regional Barat: STIKOM Bandung, UNISBA, UNPAD, IISIP Jkt, Mercubuana Jkt, Moestopi (B) Jakt, dan UI Depokn (7 kampus)
b. Regional Tengah: UNDIP, Univesitas Semarang, UKSW Salatiga, UNS, Univet Sukoharjo, UMS Solo, UIN Yogya, UII Yogya, dan AKRB Yogya (9 kampus).
c. Regional Timur: Unhas Makassar, UK Petra Surabaya, Stikosa AWS Surabaya, Unitomo Surabaya, Universitas Bhayangkara Surabaya (5 kampus). Disepakati bahwa seminar akan diadakan di masing-masing wilayah.
Tuan rumah penyelenggaraan seminar dan jadwal di masing-masing wilayah tersebut adalah:
a. Regional Barat: UNPAD - Bandung, Minggu ke-2 April 2009
b. Regional Tengah: Universitas Islam Indonesia - Yogyakarta, Minggu ke-3 April 2009
c. Regional Timur: Universitas Kristen Petra - Surabaya, Minggu ke-4 April 2009.
4. Mengenai penyelenggaraan seminar, tempat pelaksanaan diusahakan di kampus. Sedangkan untuk mendukung biaya konsumsi, penggandaan makalah, biaya narasumber luar (apabila diperlukan) dan biaya lain, harus dicari pemecahannya. Misalnya, dengan meminta dukungan ke Komisi Penyiaran Indonesia Daerah di wilayah masing-masing.
Susunan pembicara dalam seminar tersebut adalah:
Pembicara 1: anggota tim peneliti untuk aspek kuantitatif temuan penelitian
Pembicara 2: anggota tim peneliti yang menyoroti aspek kualitatifnya
Pembicara 3: dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah atau Pusat
Pembicara 4: kalangan industri seperti PH, TV Nasional / lokal, biro iklan, IKJ, AGB Nielsen, scriptwriter, produser, dll.
5. Sebagai tindak lanjut kerjasama penelitian bersama, YPMA mengusulkan beberapa kegiatan:
a. Penelitian PSR tahap 3, mulai September 2009 s/d. Januari 2010. Atau penelitian dengan isu lain bagi masing-masing perguruan tinggi maupun individu peneliti? YPMA bersedia membantu penyediaan materi rekaman acara TV.
b. Penerbitan buku hasil penelitian Potret Sinetron Remaja tahap 1 sampai 3, pada bulan Juli 2010.
c. Pengabdian masyarakat: Kampanye dan Penyelenggaraan Hari Tanpa TV - 26 Juli 2009; dan perluasan Pendidikan Media melalui jalur sekolah dan jalur lain, kepada siswa, guru, dan orangtua.
6. Lain-lain.
a. sertifikat untuk tim peneliti, dan lembaga
b. setiap perguruan tinggi disarankan untuk membuat laporan penelitian mandiri
c. YPMA dapat membantu perguruan tinggi yang melakukan kegiatan pengabdian masyarakat dalam bidang media literacy kepada masyarakat terutama anakremaja, dalam bentuk pengiriman Panduan Kidia dan poster-poster.
d. Bu Tiwi dari UNS mengusulkan untuk meneliti lagu-lagu yang muncul di TV karena anak-anak sangat menyukai lagu-lagu tersebut yang liriknya sangat tidak sesuai untuk anak.
e. Mas Iswandi dari UIN Yogyakarta mengusulkan bahwa dalam PSR3 nanti, materi yang diteliti adalah tayangan anak-anak.

3. HASIL RAPAT KOMISI
RAKORPUS 14 SEPTEMBER 2004
1.   Koleksi Mobil Unit Perpustakaan Keliling
      Koleksi sudah memenuhi kebutuhan  masyarakat pembaca
2.   Warintek:  Baru masuk ke Kabupaten Sleman, JABAR belum memiliki
3.   Membuat kalatog induk  dengan software gratis CDSISIS untuk 25  perpustakaan kabupaten se JABAR
4.      Pertukaran program antar kabupaten dan kota dg BAPUSDA  perlu dilakukan
5.      DIKLAT harus tetap diadakan  dengan tenaga pelatihan dari BAPUSDA
6.      Silang layan antar  perpustakaan  kabupaten se Jawa Barat  belum bisa dilakukan  mengingat jaminan keselamatan buku belum ada. hanya bisa dibaca di tempat.
Perlu diadakan diklat komputer untuk otomasi perpustakaan, mengingat  Perpus PT sudah berjalan sebagai mana mestinya



DAFTAR RUJUKAN



Ludlow, Ron, 2000, The Essence of Effective Communication, Yogyakarta : ANDI and Pearson Education Asia Pte. Ltd.
Widjaja, H.A.W, Prof. Drs, 1997, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta : Bumi Aksara
http://www.kidia.org/news/tahun/2009/bulan/02/tanggal/09/id/95/
http://www.kidia.org/news/tahun/2009/bulan/02/tanggal/09/id/95/