1. Hegemoni
Konsep Hegemoni:
Istilah hegemoni berasal dari istilah yunani, hegeisthai (to lead). Gramsci (1891-1937) merupakan tokoh yang terkenal dengan analisa hegemoninya. Analisa Gramsci merupakan usaha perbaikan terhadap konsep determinisme ekonomi dan dialektika sejarah Karl Marx (lihat Das Capital Marx). Konsep hegemoni banyak digunakan oleh sosiolog untuk menjelaskan fenomena terjadinya usaha untuk mempertahankan kekuasaan oleh pihak penguasa. Penguasa disini memiliki arti luas, tidak hanya terbatas pada penguasa negara (pemerintah).
Hegemoni bisa didefinisikan sebagai: dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, dengan atau tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar (common sense).
Dalam hegemoni, kelompok yang mendominasi berhasil mempengaruhi kelompok yang didominasi untuk menerima nilai-nilai moral, politik, dan budaya dari kelompok dominan (the ruling party, kelompok yang berkuasa). Hegemoni diterima sebagai sesuatu yang wajar, sehingga ideologi kelompok dominan dapat menyebar dan dipraktekkan. Nilai-nilai dan ideologi hegemoni ini diperjuangkan dan dipertahankan oleh pihak dominan sedemikian sehingga pihak yang didominasi tetap diam dan taat terhadap kepemimpinan kelompok penguasa. Hegemoni bisa dilihat sebagai strategi untuk mempertahankan kekuasaan.
Hegemoni Media
Pengaruh media terhadap kehidupan masyarakat pada saat ini jauh berbeda dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Tidak hanya dalam skala jumlah media yang bertambah pesat namun dari segi kualitas media yang semakin cerdas dalam menampilkan pesan-pesan tertentu yang dikemas secara kreatif. Akibatnya, para pemirsa semakin nyaman dengan sajian yang dihidangkan oleh media atau mungkin secara tidak sadar sudah menjadi ketagihan. Hal ini menandakan bahwa manusia pada zaman ini tidak biasa lepas dari cengkraman kekuatan media yang mempengaruhi dan lebih jauh lagi menentukan bagaimana seharusnya kita hidup di dunia ini. Media dalam hal ini menurut kami adalah sebuah alat yang dihasilkan dari ideologi tertentu guna menjajah pikiran masyarakat untuk serta merta mengikuti budaya yang disematkan melalui media.
Hegemoni media itu terjadi, apabila media masa dalam hal ini dapat mempengaruhi masyarakat atau khalayak. Di mana media itu ingin menyampaikan kepentingan- kepentingan ideologinya melewati sajian-sajian yang mereka tampilkan pada medianya, jika apa yang disajikannya itu berhasil membuat publik sama dengan apa yang media tersebut harapkan, maka disana telah terjadi sebuah hegemoni media.
Banyak contoh kasus yang terjadi berkaitan dengan hegemoni media ini. Salah satu kasusnya yaitu kasus penulis George Junus Adijtondro yang menulis buku “Membongkar Gurita Cikeas : Di Balik Skandal Bank Century". Dalam kasus penarikan buku “Membongkar Gurita Cikeas : Di Balik Skandal Bank Century", karya George Junus Adijtondro ini, terihat sangat jelas sekali Penguasa melakukan hegemoni kepada kelompok oposisi yang satu ini. Oposisi sendiri adalah kelompok yang mengawasi kebijakan dari penguasa, selain itu Oposisi juga bertindak sebagai perlawanan terhadap kelompok dominan atau penguasa yang kemudian akan menghasilkan negosiasi. Dan apabila pihak penguasa tidak menerima hasil negosiasi tersebut, maka penguasa itu melakukan suatu hegemoni, atau bertindak semena-mena terhadap kelompok oposisi tersebut dengan menyalahgunakan kekuasaannya. Contoh di Indonesia, oposisi bukan saja datang dari partai politik atau DPR saja. Pada kasus buku kontroversial seputar skandal Bank Century yang menjadi oposisi adalah pengarang buku “Membongkar Gurita Cikeas : Di Balik Skandal Bank Century” tersebut, yaitu George Junus Adijtondro. Disini Ia berposisi sebagai Oposisi dan bernegosiasi dengan Penguasa Namun apa yang terjadi sekarang? Buku tersebut di tarik dari pasaran oleh kelompok Pro dengan Penguasa. Disini jelas sekali bahwa Penguasa melakukan Hegemoni terhadap kelompok Oposisi. Buku tersebut dianggap berbahaya bagi kelangsungan kekuasaan sang Penguasa tersebut. Terlepas dari apa isi buku tersebut memang sesuai fakta atau cuma omong kosong belaka mengenai keterlibatan Cikeas and the gank dalam skandal Bank Century, namun pertanyaannya sekarang mengapa peredaran buku tersebut di pasaran telah hilang begitu saja?
Media sendiri berperan dalam membuat suatu hegemoni tentang kasus tersebut. Informasi yang gencar saat itu bahwa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono ‘kebakaran jenggot’ setelah terbitnya buku tersebut. Dan opini serta pemikiranyang tercipta di masyarakat adalah orang-orang di seputar SBY lah yang bertanggung jawab atas skandal Bank Century. Tetapi ujungnya kasus ini tidak ada penyelesaian yang jelas. Seper biasa.
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar