1. Ideologi
Ideologi merupakan suatu kumpulan dari ide atau gagasan. Ideologi dapat dianggap sebagai visi, sebagai cara memandang dunia (weltanschauung). Ideologi pun merupakan sebuah sistem pemikiran abstrak yang diterapkan pada berbagai persoalan sehingga membuat konsep abstrak ini menjadi inti dalam dunia sosial. Terkadang ideologi selalu diagungkan demi menggapai tujuan suatu ideologi. Secara implisit setiap pemikiran mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit. Tujuan utama di balik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif.
Ideologi dalam konteks media, para ahli menterjemahkan ideologi sebagai sistem makna yang membantu menjelaskan dan mendefinisikan realitas dan membantu dalam membuat nilai-nilai pembenaran atas realitas itu. Ideologi sangatlah dekat dan tidak lepas dengan konsep-konsep seperti “pandangan dunia”, “sistem keyakinan” dan “nilai-nilai”. Sebenarnya makna ideologi lebih luas dari konsep-konsep itu. Ideologi bukan hanya untuk meyakini realitas, namun juga cara dasar untuk mendefinisikan realitas. Ideologi menjadi suatu jalur atau keyakinan yang berdampak pada pesan-pesan yang seragam dalam suatu media. Pesan-pesan dalam suatu media akan merepresentasikan ideologi apa yang dianut oleh media tersebut
Mari mengkaji lebih dalam tentang ideologi dalam paper AG. Eka Wenats Wuryanta yang berjudul Wacana Media Massa: Pertarungan Ideologi – Hegemoni :
Ideologi mempunyai dua pengertian yang berbeda. Pengertian dalam tataran positif menyatakan bahwa ideologi dipersepsikan sebagai realitas pandangan dunia (world-view, welttanschaung) yang menyatakan sistem nilai kelompok atau komunitas sosial tertentu untuk melegitimasikan kepentingannya. Sementara itu, pengertian dalam tataran negatif menyatakan bahwa ideologi dipersepsikan sebagai realitas kesadaran palsu. Dalam arti, bahwa ideologi merupakan sarana manipulatif dan deceptive pemahaman manusia mengenai ralitas sosial (Karl Mannheim, 1991).
Ideologi mempunyai tiga ragam. Pertama, ideologi dalam arti penuh. Ragam ideologi dalam arti penuh bermakna bawha ideologi merupakan ajaran, pandangan dunia, filsafat sejarah yang memerlukan tujuan-tujuan dan norma sosial politik - yang diklaim sebagai kebenaran mutlak yang tidak boleh dipertanyakan lagi serta sekaligus sudah mapan dan harus dituruti secara penuh-paripurna. Ideologi arti penuh berarti ideologi yang mempunyai status moral absolut dan menuntut ketaatan mutlak. Ragam ideologi tertutup ini diambil dari konsiderasi elit yang harus dipacu, dipropagandakan dan dipublikasikan (Franz Magnis, 2000: 232-235).
Ragam kedua adalah ragam ideologi yang terbuka. Ideologi terbuka lebih merupakan cita-cita etika politik yang terbuka pada pluralitas operasionalisasi tindakan konkretnya. Justru cita-cita atau nilai tersebut menjamin kebebasan masyarakat untuk melaksanakan cita-cita tersebut. Dalam ideologi terbuka, cita-cita dilaksanakan tanpa ada paksaan. Ragam ketiga, ideologi implisit. Ideologi implisit adalah keyakinan atau sistem nilai hakekat realitas dan cara bertindak masyarakat yang tidak dirumuskan secara eksplisit. Meskipun implisit, ideologi tersebut diyakini dan diresapi dalam seluruh gaya hidup, merasa, berpikir bahkan bermasyarakat.Ideologi biasanya sulit untuk dibahasakan, namun tercermin dalam perbuatan seseorang atau kelompok begitupun dalam suatu media massa.
Dalam ilmu sosial, ideologi mengalami banyak pemaknaan. Ringkasnya, ideologi dapat dilihat dalam tiga acuan pokok. Pertama, ideologi sebagai realitas yang bermakna netral. Artinya, ideologi dimaknai sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai dan sikap dasar rohani suatu kelompok sosial dan komunitas kebudayaan tertentu.
Kedua, ideologi sebagai kesadaran palsu (false consciousness). Pengertaian ideologi sebagai kesadaran palsu menyatakan bahwa ideologi merupakan sistem berpikir yang sudah terdistorsi, baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Dalam pengertian ini, makna ideologi justru bernilai negatif. Artinya, ideologi merupakan perangkat claim yang tidak wajar atau sebuah teori yang tidak berorientasi pada nilai kebenaran, melainkan sudah mengambil sikap berpihak pada kepentingan tertentu.
Ketiga, ideologi sebagai sistem keyakinan yang tidak rasional. Artinya, bahwa ideologi merupakan hanya sekedar rangkaian sistem kepercayaan dan keyakinan subjektif (belief system). Konsekuensinya adalah ideologi tidak membuka kemungkinan pertanggungjawaban rasional dan objektif (Magnis, 1992:230-231).
Sumber :
-Wacana Media Massa: Pertarungan Ideologi - Hegemoni (AG. Eka Wenats Wuryanta)
-Novel Ali dalam http://cetak.kompas.com/read/2010/04/15/04533157/ideologi.media.massa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar