1. Kapitalisme
Kapitalisme adalah suatu paham yang memandang bahwa pemilik modal melakukan usaha untuk menggapai keuntungan sebesar-besarnya. Kondisi pasar sepenuhnya diserahkan pada mekanisme penawaran dan permintaan tanpa ada sedikitpun intervensi dari pemerintah. Pemerintah hanya bertugas sebagai pengawas sementara biarkan pasar bergerak menurut hukum pasar semata.
Dalam kaitannya dengan media, kapitalisme merupakan suatu hambatan besar,dimana pemilik modal memandang media sebagai tool of business semata sehingga mengabaikan hakekat sesungguhnya dari media sebagai institusi sosial ,politik,dan budaya. Media kapitalis berorientasi pada penguasaan pasar iklan yang merupakan sumber uang dari media, walau dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan masyarakat seperti konten yang tidak pantas, informasi palsu,dll. Akibat dari praktik kapitalisme media,maka fungsi media bergeser menjadi sebuah tool of business semata, tanpa memperhatikan aspek-aspek media dan fungsi utama media yaitu menjadi alat penyebar informasi yang benar kepada masyarakat. Selain itu, Media menjadi berpihak pada para pemilik modal, bukan kepada kebenaran. Hal ini tentu merugikan kepentingan publik dimana media yang seharusnya memberitakan sesuatu yang benar, menjadi memberitakan apa yang sesuai dengan keinginan para pemilik modal.
Selain itu, pengaruh pasar kapitalistik juga memperkuat praktik konglomerasi. Untuk menguasai pasar, maka tidak mungkin hanya mengandalkan satu instansi saja. Oleh karena itu lahirlah praktik konglomerasi media yang bertujuan untuk mengamankan porsi iklan dalam pasar iklan media. Praktik ini sebenarnya mengarah pada satu tujuan,yaitu dominasi terhadap media lainnya. Dengan adanya dominasi, maka secara otomatis branding media akan lebih mudah dilakukan. Dan dengan branding yang kuat, maka para pengiklan tidak mungkin ragu untuk memasang iklannya di media tersebut. Dan pada akhirnya media tersebut memiliki kekuatan untuk menguasai pasar iklan. Dengan praktik seperti ini, maka dapat dipastikan akan banyak uang yang dihasilkan oleh media tersebut sesuai dengan filosofi dari kapitalisme itu sendiri,yaitu mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
Media yang telah menjadi ‘tools of business’ membuat kepentingan pemilik modal yang akan diperhatikan. Dan di Indonesia beberapa pemilik modal dari media massa adalah politikus atau orang penting dengan posisi penting di Indonesia. Otomatis dengan begitu, media massa menjadi setengah-setengah untuk mengontrol dan mengawasi pemerintah atau golongan tertentu. Karena mau tidak mau pengaruh pemilik modal terhadap isi berita dan informasi terasa dalam pergerakan sebuah media massa dalam menyikapi isu tertentu. Misalkan, dalam kasus musibah lumpur di Sidoarjo, media TV One lebih suka menyebutnya sebagai Lumpur Sidoarjo, sedangkan Metro TV lebih bersemangat menyebutnya sebagai Lumpur Lapindo. Sudut pandang kedua media massa tersebut pun berbeda dalam menyikapinya. Padahal ini adalah kepentingan rakyat yang sebenarnya tidak peduli siapa yang salah dan benar karena yang mereka mau adalah keadaan yang lebih baik setelah kejadian tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar